KAWASAN
PENGELOLAAN
A. Pendahuluan
Devinisi AECT 1994 ada lima kawasan yang menjadi
perhatian para ahli teknologi pendidikan yaitu : perancangan, pengembangan,
penggunaan, pengelolaan dan pengevaluasian. Kelima kawasan ini merupakan
kawasan teknologi pendidikan. Dalam makalah ini kita akan membahas tentang
kawasan pengelolaan.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang penelitian
teknologi pendidikan dalam kawasan pengelolaan. Kawasan pengelolaan sangat penting
bagi ahli pembelajaran karena berguna sebagai pekerjaan seperti pengelolaan
proyek, pengembangan pembelajaran atau pengelolaan pusat media-media di sekolah-sekolah.
B. Pembahasan
Konsep
Kawasan Pengelolaan
Konsep pengelolaan merupakan
bagian yang integral dalam bidang teknologi pendidikan dan dari peran
kebanyakan para teknolog pendidikan. Secara perorangan tiap ahli dalam bidang
ini dituntut untuk dapat memberikan pelayanan pengelolaan dalam berbagai latar.
Seorang teknolog pendidikan mungkin terlibat dalam usaha pengelolaan projek
pengembangan pembelajaran atau pengelolaan pusat media sekolah. Tujuan yang
sesungguhnya dari pengelolaan kasus demi kasus dapat sangat bervariasi, namun
keterampilan pengelolaan yang mendasarinya relative tetap sama apapun kasusnya.
Banyak teknolog
pendidikan memegang jabatan yang jelas-jelas memerlukan fungsi
pengelolaan. Misalnya seorang direktur Pusat Sumber Belajar pada sebuah
Universitas. Orang ini bertanggungjawab atas kekseluruhan program sumber
belajar termasuk tujuan organisasi, staf, keuangan, fasilitas, dan peralatan. Orang
yang lain lagi mungkin bertugas sebagai ahli media pada sebuah sekolah. Orang
ini bertanggungjawab atas keseluruhan program pusat media tersebut.
Program-program yang dilakukan oleh mereka itu dapat sangat berbeda, akan
tetapi keterampilan dasar yang diperlukan untuk mengelolaprogram tersebut tetap
sama. Keterampilan yang dimaksud meliputipengorganisasin program, supervise
personil, perencanaan, pengadministrasian dana dan fasilitas, serta pelaksanaan
perubahan.
Kawasan pengelolaan semula
berasal dari administrasi pusat media, program media dan pelayanan media.
Pembauran perpustakaan dengan program media membuahkan pusat dan ahli
perpustakaan media sekolah. Program-program media sekolah ini menggabungkan
bahan cetak dan non cetak sehingga timbul peningkatan penggunaan sumber-sumber
teknologikal dalam kurikulum. Pada tahun 1976 Chisholm dan Ely menulis
buku Media Personnel In Education: A Competency Approach yang
menekankan bahwa administrasi program media memegang peran sentral dalam
khasanah teknologi pendidikan.
Definisi AECT tahun 1977 membagi
fungsi pengelolaan dalam pengelolaan organisasi dan pengelolaan personil,
seperti halnya yang dilakukan oleh para administrator dari program dan pusat
media.
Dengan semakin rumitnya praktek
pengelolaan dalam bidang ini, teori pengelolaan umum mulai diterapkan dan
diadaptasi. Teori pengelolaan projek digunakan, khususnya dalam proyek dasain
pembelajaran, karena semakin diperlukan dalam prkatek pengelolaan. Teknik atau
cara untuk mengelola proyek-proyek ini harus dikembangkan atau dipinjam dari
bidang lain. Tiap perkembangan baru memerlukan cara pengelolaan yang abru pula.
Keberhasilan sistem belajar jarak jauh tergantung pengelolaannya, karena
lokasinya yang menyebar. Dengan lahirnya teknologi baru , dimungkinkan
tersedianya cara baru untuk mendapatkan informasi. Akibatnya pengetahuan
tentang pengelolaan informasi menjadi sangat potensial.
Suatu dasar teoritis dari
pengelolaan informasi berasal dari disiplin ilmu informasi. Dasar lain yang
muncul dari praktek berasal dari teknologi terpadu kawasan pengembangan , dan
dari ilmu perpustakaan. Pengelolaan informasi membuka banyak kemungkinan untuk
desain pembelajaran, khususnya dalam pengembangan dan implementasi kurikulum
dan pembelajaran yang dirancang sendiri.
Pengelolaan meliputi pengendalian
teknologi pembelajaran melalui perencanaan, pengorganisasian,
pengkooerdinasian, dan supervise. Pengelolaan biasanya meruapakan hasil dari penerapan
suatu sistem nilai . kerumitan dalam mengelola berbagai macam sumber, personil,
usaha desain maupun pengembangan akan semakin meningkat dengan membesarnya
usaha dari sebuah sekolah atau bagian kantor yang kecil menjadi kegiatan
pembelajaran berskala nasional atau menjadi perusahaan multi-nasional dengan
skala global. Terlepas dari besarnya program atau proyek teknologi pendidikan
yang ditangani, salah satu kunci keberhasilan yang esensial adalah pengelolaan.
Perubahan jarang terjadi hanya pada tingkat pembelajaran yang mikro. Untuk
menjamin keberhasilan dari tiap intervensi pembelajaran, proses perubahan
prilaku kognitif maupun afektif ahrus terjadi bersamaan dengan perubahan pada
tingat makro.
Secara singkat ada empat kategori
dalam kawasan pengelolaan, yaitu pengelolaan proyek, pengelolaan sumber,
pengelolaan sistem penyampaian dan penegelolaan informasi. Disetiap sub
kategori tersebut ada seperangkat tugas yang sama yang ahrus dilakukan.
Organisasi harus dimantapkan, personil harus diangkat dan di supervise, dana
harus direncanakan dan dipertanggungjawabkan, dan fasilitas harus dikembangkan
serta dipelihara.
Disamping itu harus ada
perencanaan jangka pendek dan jangka panjang. Untuk mengontrol organisasi,
pengelola harus menciptakan struktur yang membantu pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah. Pengelola ini harus menjadi pemimpin yang dapat memberikan
motivasi, arahan, melatih, membina, memberi wewenang, dan mempunyai
keterampilan berkomunikasi (Prostano dan Prostano, 1987). Tugas dalam bidang
personil mencakup seleksi, pengangkatan, supervise, dan penilaian. Tugas
keuangan mencakup perencanaan anggaran, justifikasi dan pemantauan,
pertanggungjawaban dan pembelian. Tanggungjawab akan fasilitas meliputi
perencanaan,bimbingan, serta supervise. Pengelolaan bertanggungjawab membuat
rencana jangka panjang (Caffrela, 1993).
a.
Pengelolaan proyek
Pengelolaan proyek
meliputiperencanaan, monitoring dan pengendalian proyek desain dan
pengembangan. Menurut Rothwell dan Khazanas (1992), pengelolaan proyek berbeda
dengan pengelolaan tradisonal, yaitu organisasi garis dan staf. Perbedaan itu
disebabkan karena :
1) Staf proyek
mungkin baru, yaitu anggota tim untuk jangka pendek
2) Pengelola
proyek biasanya tidak menpunyai wewenang jangka panjang atas orang karena sifat
tugas mereka yang sementara
3) Pengelola
proyek memiliki kendali dan fleksibilitas yang lebih luas dari yang biasa
terdapat pada organisasi garis dan staf.
Para pengelola proyek
bertanggungjawab atas perencanaan, penjdwalan dan pengendalian fungsi desain
pembelajaran atau jenis-jenis proyek lain. Mereka harus melakukan negosisasi,
menyusun anggaran, membentuk sistem pemantauan informasi, serta menilai
kemajuan. Peran pengelolaan proyek biasanya berhubungan dengan cara mengatasi ancaman
proyek dan memberi saran perubahan ke dalam organisasi.
b.
Pengelolaan sumber
Pengelolaan sumber mencakup
perencanaan, pemantauan, dan pengendalian sistem pendukung dan pelayanan
sumber. Pengelolaan sumber sangat penting artinya karena mengatur pengendalian
akses. Pengertian sumber dapat mencakup personil, keuangan, bahan baku, waktu,
fasilitas, dan sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran mencakup semua
teknologi yang telah dijelaskan pada kawasan pengembangan efektivitas biaya dan
justifikasi belajar yang efektif merupakan dua karakteristik penting dari
pengelolaan sumber.
c.
Pengelolaan sistem penyampaian
Pengelolaan sistem penyampaian
meliputi perencanaan, pemantauan, pengendalian “cara bagaimana distribusi bahan
pembelajaran diorganisasikan…Hal tersebut merupakan suatu gabungan medium dan
cara penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi pembelajaran kepada
pebelajar” (Ellington dan Harris, 1986:47). Contoh pengelolaan sperti itu
trdapat pada proyek belajar jarak jauh di National Technological
University dan Nova University. Pengelolaan sistem penyampaian memberikan
perhatian pada permasalahan produk seperti persyaratan perangkat keras/lunak
dan dukungan teknis terhadap pengguna maupun operator. Penglolaan ini juga
memperhatikan permasalahn proses seperti pedoman bagi desainer dan instruktur
atau pelatih. Dari sekian banyan parameter ini keputusan harus diambil
berdasarkan pada kesesuaian karakteristik teknologi dengan tujuan
pembelajaran. Keputusan tentang pengelolaan sistem penyampaian ini sering
tergantung pada sistem pengelolaan sumber.
d.
Pengelolaan informasi
Pengelolaan informasi meliputi
perencanaan, pemantauan dan pengendalian cara penyimpanan,
pengiriman/pemindahan atau proses informasi dalam rangka tersedianya sumber
untuk belajar. Teknologi yang dijelaskan pada kawasan
pengembangan merupakan metoda penyimpanan dan penyampaian. Penyiaran
atau transfer informasi sering terjadi melalui teknologi terpadu. Pemrosesan
adalah pengubahan beberapa aspek informasi melalui computer agar lebih sesuai
dengan tujuan tertentu (Lindenmayer, 1988, hal 317). Pengelolaan informasi
penting untuk memberikan akses dan keakraban pemakai. Pentingnya pengelolaan informasi
terletak pada potensinya untuk mengadakan revolusi kurikulum dan aplikasi
desain pembelajaran. Pertumbuhan ilmu maupun industri pengetahuan di luar yang
saat ini dapat diakomodasikan menunjukkan bahwa hal ini merupakan bidang yang
sangat penting bagi teknologi pendidikan di masa yang akan datang. Pengelolaan
sistem penyimpanan informasi untuk tujuan pembelajaran tetap akan merupakan
komponen penting dari bidang teknologi pendidikan.
Kecenderungan dan Permasalahan
Kecenderungan terhadap
peningkatan dan pengelolaan kualitas dari dunia industry nampaknya akan
menyebar ke dunia pendidikan. Jika demikian, hal tersebut akan membawa dampak
pada kawasan pengelolaan. Sintesa dan difusi inovasi, teknologi kinerja dan
pengelolaan kualitas dapat menjadi alat yang ampuh untuk perubahan
organisasi. Mengurangi hal ini akan menjadi tantangan bagi para pengelola untuk
menggunkan sumber-sumber yang ada sekarang secara lebih baik. Penggabungan
antara sistem informasi dan pengelolaan akan berkembang dan berpengaruh
terhadap teknologi pendidikan dalam pengertian bahwa pengambilan keputusan
pengelolaan akan menjadi semakin bergantung pada komputerisasi informasi.
Persoalan-persoalan pengelolaan
dalam bidang teknologi pembelajaran muncul akibat pengaruh aliran perilaku dan
berfikir sistematik behaviorisme serta aspek humanistic dari teosri komunikasi,
motivasi dan produktivitas. Metodologi dan teori pengelolaan telah banyak
diaplikasikan baik pada berbagai bidang pengelolaan dan koordinasi proyek
ataupun sumber, maupun secara lebih luas dalam mengelola perubahan.
Sebagian besar prinsip-prinsip
pengelolaan berasal dari administrasi bisnis, dan hanya teori dan penelitian
pengelolaan dihasilkan oleh komunitas teknologi pendidikan. Pengaruh yang
paling menonjol pada bidang pengelolaan berasal dari para praktisi teknolog
pendidikan, bukannya dari para teoritisi (Greer, 1922). Selama bertahun-tahun
praktek dalam pengelolaan perpustakaan, pusat sumber belajar, pengelolaan proyek,
atau pengelolaan sarana telah membangun landasan teknis dewasa ini.
Pengelolaan proyek sebagai suatu
konsep, pada awalnya diperkenalkan sebagai “cara yang efisin dan efektif dalam
menghimpun suatu tim, dimana pengetahuan dan keahlian anggotanya sesuai dengan
situasi unik dan tutntutan teknis jangka pendek yang ditentukan oleh pemberi
kerja” (Rothwell dan Kazanas, 1992:264). Ini berbeda sekali dengan pengelolaan
tradisional karena otoritas ada di tangan mereka yang berpengetahuan dan
berkeahlian, dan bukannya dari konsep organisasi yang disusun berdasarkan pada
garis staf dan komando. Sebagai akibatnya, teknik-teknik negosiasi dan
cara-cara untuk mempengaruhi memegang peranan penting dalam perencanaan dan
pengawasan waktu dan sumber, disamping praktek yang telah lazim dilaksanakan.
Penglolaan sumber telah lama
menjadi masalah utama bagi guru kelas dan spesialis perpustakaan media, karena
keduanya diharapkan sebagai manajer sumber belajar. Sekarang ini konsep
“sumber” lebih mengacu pada pengertian sumber belajar yang lebih luas dan bukan
sekedar diartikan sebagai sarana audiovisual. Oleh karena itu sumber dapat
mencakup barang cetak, lingkungan, dan nama sumber (Eraut, 1989)
Akhir-akhir ini mulai tumbuh
perhatian mengenai efektivitas pembiayaan pengelolaan sumber dalam lingkungan
pelatihan. Untuk hal ini para teknolog pendidikan akan terpaksa menggunakan
keranga-kerangka teori dari disiplin ilmu lain seperti halnya penggunaan teori
ekonomi pengelolaan sumber dari Henderson dan Quandt (1980). Salah satu contoh
orang yang menggunakan model Henderson dan Quandt adalah Becker dan Davis
(1983) mereka menggunakan model ini sebagai dasar dalam membuat model ekonomis
pelatihan dalam bidang industry. Model tersebut dapat digunakan untuk
memberikan alas an digunakannya sumber-sumber dalam proyek teknologi
pembelajaran.
Kelanjutan dari pengelolaan
sumber ini adalah pengelolaan sistem penyampaian. Di sini, yang menjadi pokok
permasalahan adalah berkenaan dengan hal-hal yang menyangkut sarana, seperti
kebutuhan perangkat keras dan lunak, dukungan teknis untuk operator dan
pemakai, dan karakteristik lain tentang pengoperasian sistem teknologi. Ini
merupakan era baru praktek mendahului analisis teoritik tentang model.
Komponen terkahir dari masalah
pengelolaan adalah pengelolaan informasi. Pada dasarnya penglolaan informasi
ini banyak dipengaruhi oleh teori informasi yang ada intinya “kemungkinan
memperlakukan bahasa tertulis dan lisan sebagai rangkaian again informasi.. dan
mengandung cara bagaimana mengukur isi suatu informasi dalam suatu contoh
khusus. Bahasa merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk menangani
informasi tanpa memperdulikan makna isinya” (Lindermayer, 1988:312)
Teori informasi melahirkan suatu
landaan yang dapat digunakan untuk memahami dan memprogram computer. Hal ini
berhubungan dengan perancangan dan penggunaan jaringan computer untuk
transmisi, penerimaan dan penyimpanan informasi. Penerapan teori informasi ini
jangkauannya akan semakin luas karena prose transmisi informasi yang baru ini
dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa dalam setiap bidang pekerjaan. Gejala
yang sama juga terjadi di bidang pendidikan dan cepat atau lambat akan terjadi
juga di rumah. Teori informasi ini secara cepat akan mentransformasi
karakteristik yang selalu aka nada pada setiap perancang pembelajaran yang
banyak berkecimpung dengan pengembangan sistem performansi elektronik atau pada
bidang-bidang pengelolaan yang lain. Pengelolaan proyek, sumber, dan sistem
penyampaian semuanya dipengaruhi oleh semakin dominannya teori pengelolaan dan
pengelolaan informasi.
Secara konseptual peranan para
teknolog prndidikan mengelola di masa mendatang tidak hanya meliputi penggunaan
teknologi,tetapi juga akan berkembang kearah pengelolaan sumber daya manusia
dan perancangan strategis. Meskipun sebagian besar orientasi pengelolaan
berasal dari persfektif perekayasaan, teori motivasi dan teori erubahan yang
berfokus pada pendekatan humanistic juga akan tumbuh dan berkembang.
C. KESIMPULAN
Kategori dalam kawasan pengelolaan terbagi 4 :
1.
Pengelolaan proyek
Pengelolaan
proyek meliputiperencanaan, monitoring dan pengendalian proyek desain dan
pengembangan.
2.
Pengelolaan sumber
Pengelolaan
sumber mencakup perencanaan, pemantauan, dan pengendalian sistem pendukung dan
pelayanan sumber.
3.
Pengelolaan sistim penyampaian
Pengelolaan
sistem penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan, pengendalian “cara
bagaimana distribusi bahan pembelajaran diorganisasikan
4.
Pengelolaan informasi
Pengelolaan
informasi meliputi perencanaan, pemantauan dan pengendalian cara penyimpanan,
pengiriman/pemindahan atau proses informasi dalam rangka tersedianya sumber
untuk belajar.
Sebagian besar prinsip-prinsip pengelolaan berasal dari
administrasi bisnis, dan hanya teori dan penelitian pengelolaan dihasilkan oleh
komunitas teknologi pendidikan.
Referensi
Seels, Barbara B & Richy, Rita
C. 1994. Instructional Teknology.
Washington DC : AECT
pada hal berapa itu?
BalasHapus