LINGKUNGAN
BELAJAR
PENDIDIKAN
TINGGI JARAK JAUH
A. Membangun Jaringan Belajar
1.
Mengapa
dan bagaimana jaringan belajar?
Menurut Kolb, 1984 menyatakan bahwa belajar adalah suatu
upaya yang secara sadar dilakukan dengan tujuan memahami sesuatu atau belajar
diketahui sebagai suatu hasil dari pengalaman. Sedangkan prosses belajar
merupakan proses yang tersituasi dan kontekstual dengan lingkungan tempat
proses belajar tersebut terjadi.
Sejalan dengan perkembangan ilmu, teknologi dan seni,
lingkungan belajar dalam masyarakat semakin lama semakin kompleks, yang dapat
kita saksikan dan kita alami dewasa ini. Manusia tidak lagi hanya belajar
secara langsung dari manusia lain tetapi belajar dengan berbagai cara dari
berbagai produk ilmu, teknologi, dan seni.
Salah satu alternative belajar yang kini mulai banyak
dikembangkan adalah belajar dengan menggunkanan jaringan belajar. Makna asli
jaringan adalah suatu system yang komponen-komponennya salaing terhubung atau
suatu system interkoneksi komponen atau sirkuit. Paradigma belajar dalam
jaringan belajar dipandang sebagai teori mengetahui dan belajar yang bersifat
holistic karena tidak melihat individu pebelajar secara terpisah, tetapi
melihat fenomena belajar dalam diri manusia secara keseluruhan sebagaimana hal
itu tampak sebagai perwujudan dari kesadaran pribadi.
Hal yang sangat penting dari teori belajar holistic tersebut
adalah bahwa belajar dipandang sebagai proses yang berlandaskan pengalaman,
melalui resolusi konflik dialektis adaptasi individu secara holistic dengan
lingkungan, melibatkan transaksi individu dengan lingkungan, dalam konteks
menyeluruh proses pembangunan pengetahuan.
2. Penerapan prinsip-prinsip
pendidikan pada jaringan belajar
Levin (1995) membuat kerangka konseptual dengan mengajukan
lima komponen jaringan belajar, yaitu : struktur, proses, mediasi, pengembangan
komunitas belajar, dan dukungan institusi. Konsep rancangan pembelajaran
tersebut mengkombinasikan interaktivitas, multimedia dan kendali pengguna.
Prinsip-prinsip tersebut ialah sebagai berikut :
a.
Rancangan perlu menarik
perhatian pengguna melalui penerapan rancangan yang mudah dipahami, alat
navigasi yang konsisten, dan pribadi, yaitu dapat membuat pengguna merasa
rancangan tersebut dibuat khusus untuknya.
b.
Rancangan mengimformasikan pada
pembelajar mengenai tujuan pembelajaran.
c.
Rancangan menyajikan daftar
prasyarat yang perlu dikuasai sebelum mengikuti suatu sesi.
d.
Rancangan dapat memelihara
minat dan keterlibatan pembelajaran melalui beragam jenis sajian (teks, grafik,
video, dan suara).
e.
Rancanagan menyediakan umpan
balik melalui menu bantuan, dan kemampuan untuk mengajukan pertanyaan.
f.
Rancangan dapat menyesuaikan
dengan kebutuhan individual pembelajar dengan menyajikan banyak cara untuk
menyajikan suatu konsep.
g.
Rancangan mampu memperkuat
kinerja pembelajar melalui ajuan masalah dan tugas-tugas.
h.
Rancangan menyediakan umpan
balik mengenai kinerja kepada pembelajar dan instruktur.
i.
Rancangan menyediakan penilaian
kinerja melalui pengujian.
j.
Rancangan memiliki fasilitas
pemantau dan pencatat kemajuan instruktur.
Menurut Barker (1999) prinsip-prinsip belajar
yang pelu diterapkan pada rancangan pembelajaran dalam jaringan belajar, adalah
sebagai berikut :
1)
Dalam rancangan seyogyanya
menghindari pengajaran yang bersifat terlalu menjelaskan (instructivist) untuk
hal-hal yang kurang penting, tetapi memberikan tekanan yang lebih besar pada
pendekatan belajar konstruktif.
2)
Disediakan lingkungan belajar
yang dapat memfasilitasi terbentuknya kelompok belajar, sehingga pebelajar
dapat memperoleh bantuan belajar melalui jaringan dalam kelompoknya.
3)
Disediakan kemudahan akses yang
lebih besar bagi pebelajar untuk menghubungi staf akademik (pengajar) melalui
jaringan elektronik.
4)
Disediakan kemudahan untuk
melakukan penilaian diri pebelajar dan melakukan pemantauan kemajuan
belajarnya.
5)
Kemudahan bagi pebelajar untuk
memperoleh materi ajar dalam cara yang efektif dan memanfaatkan kekayaan semua
sumber belajar yang tersedia dalam jaringan, yang tidak mungkin diperoleh
melalui penyajian di kelas konvensional.
Dron (2002) menyatakan bahwa jaringan belajar
merupakan lahan penelitian yang subur bilamana memperhatikan pendayagunaan
potensi kelompok pembelajar dalam mengorganisasikan sendiri kegiatan
belajarnya.
Suatu sistim jaringan belajar yang dinamakan
CoFind merupakan jaringan belajar yang membangun untuk dapat mengorganisasikan
dirinya sindiri melalui ciri-ciri berikut ini :
a)
Topic
Topic ialah pengetahuan atu
perilaku yang dipelajari termasuk konsep, fakta dan prosedur.
b)
Forum diskusi
Wawancara dalam forum diskusi
diberi peringkat berdasarkan pada jumlah pembacanya dan penilaian kualitasnya
oleh peserta.
c)
Jadwal kegiatan
Peserta dapat melihat jumlah
peserta yang mengikuti suatu kegiatan dalam kalender kegiatan tersebut,
sehingga kegiatan yang paling popular dapat diketahui bersama.
d)
Berita dan pengumuman
e)
Daftar peserta
f)
Daftar kelompok
g)
Ruang untuk berbicara
3. UT Online Sebagai Upaya UT
Untuk Membangun Suatu Jaringan Belajar Berskala Nasional
Pada bagian ini akan dibahas UT oline yang merupakan upaya
untuk membangun suatu jaringan belajar berskala nasional. Tujuan utama UT
online adalah untuk membantu meningkatkan kualitas belajar mahasiswa dengan
menyediakan layanan bantuan belajar dapat dipandang pula sebagai upaya
membangun jaringan belajar berskala nasional. Secara umum layanan yang tersedia
melalui UT online dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu : informasi
umu, akademik, dan akses pada empat jurnal elektronik, database penelitian dank
e-Indonesia-an (Infosia), catalog perpustakaan online, dan program AA/Pekerti
online.
Komponen
jaringan belajar menurut kerangka Levin adalah :
·
Komponen struktur
Komponen struktur mengacu pada
posisi aktivitas dalam jaringan terhadap program pembelajaran secara
keseluruhan, apakah program pembelajaran seluruhnya akan disampikan melalui
jaringan dan pertemuan tatap muka, serta jadwal aktivitas berikut topic yang
akan dibahas dalam program pembelajaran.
·
Komponen proses
Komponen proses mengacu pada
aktivitas yang akan dikerjakan oleh peserta selama proses belajar.
·
Komponen mediasi
Komponen mediasi berkenaan
dengan pemantauan aktivitas belajar serta pemberian bantuan bila ada kesulitan
baik dalam teknis pemakaian peralatan jaringan maupun dalam materi yang
dipelajari.
·
Komponen pembangunan komunitas
Komponen pembangunan komunitas
mengacu pada aktivitas supaya peserta belajar menjadi satu komunitas yang
selain salaing mengenal juga dapat bekerja sama adalam aktivitas belajar.
B. Dukungan Perpustakaan Dalam
Pendidikan Tingggi Jarak Jauh
1.
Masalah
Layanan
Salah satu ciri penting SBJJ adalah fleksibilitas dalam
belajar. Dengan adanya fleksibilitas, mahasiswa menjadi pusat dalam pemberian
layanan. Artinya semua jenis layanan dalam pembelajaran ditujukan untuk
kepuasan mahasiswa. Dengan demikian, proses belajar dalam Sistim Pendidikan
Jarak Jauh (SPJJ) bentuknya seperti forum komunikasi jaringan belajar, yang
meliputi mahasiswa sebagai subjek, dosen atau ahli materi pembelajaran,
instruktur atau tutor dan perpustakaan.
Upaya memberikan layanan yang sama kepada seluruh mahasiswa
banyak mengalami kendala, terutama dalam hal transportasi dan komunikasi.
Perjalanan pos untuk daerah-daerah tertentu memakan waktu yang cukup lama.
Demikian juga dengan komunikasi. Dalam kondisi infrastruktur tersebut dapat
dibayangkan bagaimana sulitnya UT memberikan layanan yang memadai kepada
seluruh mahasiswa UT. Hal itu memang sudah diprediksi sejak UT masih dalam
rancangan pendiriannya.