LINGKUNGAN
BELAJAR
PENDIDIKAN
TINGGI JARAK JAUH
A. Membangun Jaringan Belajar
1.
Mengapa
dan bagaimana jaringan belajar?
Menurut Kolb, 1984 menyatakan bahwa belajar adalah suatu
upaya yang secara sadar dilakukan dengan tujuan memahami sesuatu atau belajar
diketahui sebagai suatu hasil dari pengalaman. Sedangkan prosses belajar
merupakan proses yang tersituasi dan kontekstual dengan lingkungan tempat
proses belajar tersebut terjadi.
Sejalan dengan perkembangan ilmu, teknologi dan seni,
lingkungan belajar dalam masyarakat semakin lama semakin kompleks, yang dapat
kita saksikan dan kita alami dewasa ini. Manusia tidak lagi hanya belajar
secara langsung dari manusia lain tetapi belajar dengan berbagai cara dari
berbagai produk ilmu, teknologi, dan seni.
Salah satu alternative belajar yang kini mulai banyak
dikembangkan adalah belajar dengan menggunkanan jaringan belajar. Makna asli
jaringan adalah suatu system yang komponen-komponennya salaing terhubung atau
suatu system interkoneksi komponen atau sirkuit. Paradigma belajar dalam
jaringan belajar dipandang sebagai teori mengetahui dan belajar yang bersifat
holistic karena tidak melihat individu pebelajar secara terpisah, tetapi
melihat fenomena belajar dalam diri manusia secara keseluruhan sebagaimana hal
itu tampak sebagai perwujudan dari kesadaran pribadi.
Hal yang sangat penting dari teori belajar holistic tersebut
adalah bahwa belajar dipandang sebagai proses yang berlandaskan pengalaman,
melalui resolusi konflik dialektis adaptasi individu secara holistic dengan
lingkungan, melibatkan transaksi individu dengan lingkungan, dalam konteks
menyeluruh proses pembangunan pengetahuan.
2. Penerapan prinsip-prinsip
pendidikan pada jaringan belajar
Levin (1995) membuat kerangka konseptual dengan mengajukan
lima komponen jaringan belajar, yaitu : struktur, proses, mediasi, pengembangan
komunitas belajar, dan dukungan institusi. Konsep rancangan pembelajaran
tersebut mengkombinasikan interaktivitas, multimedia dan kendali pengguna.
Prinsip-prinsip tersebut ialah sebagai berikut :
a.
Rancangan perlu menarik
perhatian pengguna melalui penerapan rancangan yang mudah dipahami, alat
navigasi yang konsisten, dan pribadi, yaitu dapat membuat pengguna merasa
rancangan tersebut dibuat khusus untuknya.
b.
Rancangan mengimformasikan pada
pembelajar mengenai tujuan pembelajaran.
c.
Rancangan menyajikan daftar
prasyarat yang perlu dikuasai sebelum mengikuti suatu sesi.
d.
Rancangan dapat memelihara
minat dan keterlibatan pembelajaran melalui beragam jenis sajian (teks, grafik,
video, dan suara).
e.
Rancanagan menyediakan umpan
balik melalui menu bantuan, dan kemampuan untuk mengajukan pertanyaan.
f.
Rancangan dapat menyesuaikan
dengan kebutuhan individual pembelajar dengan menyajikan banyak cara untuk
menyajikan suatu konsep.
g.
Rancangan mampu memperkuat
kinerja pembelajar melalui ajuan masalah dan tugas-tugas.
h.
Rancangan menyediakan umpan
balik mengenai kinerja kepada pembelajar dan instruktur.
i.
Rancangan menyediakan penilaian
kinerja melalui pengujian.
j.
Rancangan memiliki fasilitas
pemantau dan pencatat kemajuan instruktur.
Menurut Barker (1999) prinsip-prinsip belajar
yang pelu diterapkan pada rancangan pembelajaran dalam jaringan belajar, adalah
sebagai berikut :
1)
Dalam rancangan seyogyanya
menghindari pengajaran yang bersifat terlalu menjelaskan (instructivist) untuk
hal-hal yang kurang penting, tetapi memberikan tekanan yang lebih besar pada
pendekatan belajar konstruktif.
2)
Disediakan lingkungan belajar
yang dapat memfasilitasi terbentuknya kelompok belajar, sehingga pebelajar
dapat memperoleh bantuan belajar melalui jaringan dalam kelompoknya.
3)
Disediakan kemudahan akses yang
lebih besar bagi pebelajar untuk menghubungi staf akademik (pengajar) melalui
jaringan elektronik.
4)
Disediakan kemudahan untuk
melakukan penilaian diri pebelajar dan melakukan pemantauan kemajuan
belajarnya.
5)
Kemudahan bagi pebelajar untuk
memperoleh materi ajar dalam cara yang efektif dan memanfaatkan kekayaan semua
sumber belajar yang tersedia dalam jaringan, yang tidak mungkin diperoleh
melalui penyajian di kelas konvensional.
Dron (2002) menyatakan bahwa jaringan belajar
merupakan lahan penelitian yang subur bilamana memperhatikan pendayagunaan
potensi kelompok pembelajar dalam mengorganisasikan sendiri kegiatan
belajarnya.
Suatu sistim jaringan belajar yang dinamakan
CoFind merupakan jaringan belajar yang membangun untuk dapat mengorganisasikan
dirinya sindiri melalui ciri-ciri berikut ini :
a)
Topic
Topic ialah pengetahuan atu
perilaku yang dipelajari termasuk konsep, fakta dan prosedur.
b)
Forum diskusi
Wawancara dalam forum diskusi
diberi peringkat berdasarkan pada jumlah pembacanya dan penilaian kualitasnya
oleh peserta.
c)
Jadwal kegiatan
Peserta dapat melihat jumlah
peserta yang mengikuti suatu kegiatan dalam kalender kegiatan tersebut,
sehingga kegiatan yang paling popular dapat diketahui bersama.
d)
Berita dan pengumuman
e)
Daftar peserta
f)
Daftar kelompok
g)
Ruang untuk berbicara
3. UT Online Sebagai Upaya UT
Untuk Membangun Suatu Jaringan Belajar Berskala Nasional
Pada bagian ini akan dibahas UT oline yang merupakan upaya
untuk membangun suatu jaringan belajar berskala nasional. Tujuan utama UT
online adalah untuk membantu meningkatkan kualitas belajar mahasiswa dengan
menyediakan layanan bantuan belajar dapat dipandang pula sebagai upaya
membangun jaringan belajar berskala nasional. Secara umum layanan yang tersedia
melalui UT online dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu : informasi
umu, akademik, dan akses pada empat jurnal elektronik, database penelitian dank
e-Indonesia-an (Infosia), catalog perpustakaan online, dan program AA/Pekerti
online.
Komponen
jaringan belajar menurut kerangka Levin adalah :
·
Komponen struktur
Komponen struktur mengacu pada
posisi aktivitas dalam jaringan terhadap program pembelajaran secara
keseluruhan, apakah program pembelajaran seluruhnya akan disampikan melalui
jaringan dan pertemuan tatap muka, serta jadwal aktivitas berikut topic yang
akan dibahas dalam program pembelajaran.
·
Komponen proses
Komponen proses mengacu pada
aktivitas yang akan dikerjakan oleh peserta selama proses belajar.
·
Komponen mediasi
Komponen mediasi berkenaan
dengan pemantauan aktivitas belajar serta pemberian bantuan bila ada kesulitan
baik dalam teknis pemakaian peralatan jaringan maupun dalam materi yang
dipelajari.
·
Komponen pembangunan komunitas
Komponen pembangunan komunitas
mengacu pada aktivitas supaya peserta belajar menjadi satu komunitas yang
selain salaing mengenal juga dapat bekerja sama adalam aktivitas belajar.
B. Dukungan Perpustakaan Dalam
Pendidikan Tingggi Jarak Jauh
1.
Masalah
Layanan
Salah satu ciri penting SBJJ adalah fleksibilitas dalam
belajar. Dengan adanya fleksibilitas, mahasiswa menjadi pusat dalam pemberian
layanan. Artinya semua jenis layanan dalam pembelajaran ditujukan untuk
kepuasan mahasiswa. Dengan demikian, proses belajar dalam Sistim Pendidikan
Jarak Jauh (SPJJ) bentuknya seperti forum komunikasi jaringan belajar, yang
meliputi mahasiswa sebagai subjek, dosen atau ahli materi pembelajaran,
instruktur atau tutor dan perpustakaan.
Upaya memberikan layanan yang sama kepada seluruh mahasiswa
banyak mengalami kendala, terutama dalam hal transportasi dan komunikasi.
Perjalanan pos untuk daerah-daerah tertentu memakan waktu yang cukup lama.
Demikian juga dengan komunikasi. Dalam kondisi infrastruktur tersebut dapat
dibayangkan bagaimana sulitnya UT memberikan layanan yang memadai kepada
seluruh mahasiswa UT. Hal itu memang sudah diprediksi sejak UT masih dalam
rancangan pendiriannya.
2.
Pengembangan
Perpustakaan Digital Untuk Sistim Pendidikan Jarak Jauh
Sebaran mahasiswa secara geografis menggambarkan betapa
besarnya problem yang dihadapai UT dalam memberikan layanan kepada mahasiswa,
terutama layanan perpustakaan. Semula UT mengharapkan kerjasama dengan
perguruan tinggi negeri akan memudahkan mahasiswa UT memperoleh layanan perpustakaan.
Demikian pula kerjasama UT dengan perpustakaan daerah, sehingga pengembangan
perpustakaan difokuskan untuk memenuhi kenutuhan tenaga edukatif UT dan penulis
modul.
Sejak tahun 1997 perpustakaan UT bergabung dengan forum
kerjasama perpustakaan perguruan tinggi negeri yang anggotanya semuaperguruan
tinggi negeri di jawa, baik yang bernaung dibawah departemen pendidikan
nasional maupun departemen agama. Forum ini bertujuan memanfaatkan bersama
koleksi perpustakaan anggota jaringan. Pemanfaatan koleksi tersebut masih
sebatas membaca di tempat. Belum dikembangkan peminjaman dengan system
konvensional. Perpustakaan UT harus dikembangkan dengan menggunakan system yang
dapat diakses secara jarak jauh yang disebut dengan perpustakaan digital.
Perpustakaan digital sering disinonimkan dengan perpustakaan
elektronik, atau perpustakaan hibrida atau perpustakaan maya. Chowdhury (2003 :
8) menggambarkan karakteristik perpustakaan digital anatara lain, sebagai
berikut :
1)
Perpustakaan digital dapat
berisi macam-macam sumber informasi digital yang berubah dari teks ke gambar,
audio, dan video.
2)
Pengguna perpustakaan digital
dapat berpindah kemanapun di dunia.
3)
Pengguna perpustakaan digital
dapat membangun sendiri koleksinya dengan menggunakan fasilitas dari penyedia
perpustakaan digital.
4)
Perpustakaan digital
menyediakan akses ke berbagai tipe sumber informasi.
5)
Beberapa pengguna dapat
memanfaatkan sumber informasi yang sama dalam waktu yang bersamaan.
6)
Perpustakaan digital dapat
dilihat dan digunakan oleh orang-orang yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
masing-masing.
Prinsip dalam perpustakaan pendidikan jarak jauh adalah
koleksi yang dapat di akses secara jarak jauh. Karena itu, koleksi perlu
dikembangkan secara digital. Perpustakaandalam SPJJ memerlukan sarana navigasi
dan pengembangan web yang memungkinkan koleksi perpustakaan dapat diakses
secara jarak jauh.
Sumber daya manusia (SDM) perpustakaan dalam SBJJ berbeda
dengan SDM perpustakaan pendidikan tinggi konvensional. SDM perpustakaan
pendidikan jarak jauh harus professional, dalam arti bukan saja mahir dalam
pengelolaan sumber informasi tetapi juga terampil dalam memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi. Karena keahlian yang dimiliki pustakawan, mereka
dapat bergabung dalam tim pengembang mata kuliah (course team), sejajar dengan tim ahli matyeri, ahli bahasa, dan
ahli pembelajaran. Peran pustakawan dalam pengembangan pembelajaran meliputi
hal-hal berikut :
Ø Membantu
penulis materi mata kuliah dalam mengidentifikasi literature yang cocok dan
sumber-sumber jaringan untuk mendukung persiapan kuliah.
Ø Memberikan
saran tentang jaringan sumber-sumber elektronik dan bahan-bahan dari internet
yang dapat diakses kepada mahasiswa.
Ø Memberikan
informasi mengenai komponen literature yang digunakan untuk kuliah.
Ø Memberikan
sarana mengenai sumber-sumber mata kuliah, yang dapat dilakukan berhubungan
dengan tempat, model dan cara pengiriman.
Ø Negosiasi
akses online kepada mahasiswa untuk keefektifan biaya dalam pemakaian
sumber-sumber elektronik termasuk database bibliografi seperti pangkalan data
teks lengkap.
Ø Memberikan
informasi tentang akses terhadap layanan pendukung belajar lainnya yang
diberikan oleh universitas.
Dalam
proses pembelajaran jarak jauh, layanan perpustakaan diberikan dalam rangka
memudahkan belajar mahasiswa dan staf edukatif dalam pengembangan materi
pembelajaran dan tutorial. Layanan perpustakaan tidak terbatas serta meliputi
layanan berikut :
v Layanan
referensi yang diberikan kepada setiap pengguna, baik staf edukatif maupun
mahasiswa.
v Layanan
bibliografi baik manual maupun melalui computer.
v Peminjaman
atau fotocopy baik langsung maupun secara online.
v Menyiapkan
artikel bacaan dalam bentuk tercetak maupun online.
v Akses
ke jurnal online dan berbagai pusat database layanan artikel dengan system
pemberian password.
v Layanan
ruang baca.
v Layanan
silang antar perpustakaan.
3.
Perpustakaan
Digital Universitas Terbuka
Tahun 2001 upaya pengembangan perpustakaan digital dimulai
dengan melakukan alih media ke digital bagi sebagian koleksi perpustakaan,
terutama yang berkaitan dengan materi pendidikan jarak jauh, baik disertasi,
tesis, maupun laporan-laporan penelitian.
Disamping itu, perpustakaan UT juga memberikan layanan
fotocopy jarak jauh. Mahasiswa dapat memesan artikel atau bab dalam buku
tertentu melalui surat-elektronik.
Pesanan mahasiswa tersebut kemudian di-scan dan dikonversi kedalam bentuk
digital (dengan format PDF), selanjutnya dikirim ke mahasiswa yang memesan
melalui surat-elektronik.
C.
Pembinaan
Kelompok Belajar
1.
Pengertian
dan Sifat Kelompok Belajar
Kelompok belajar diartikan sebagai kumpulan mahasiswa yang
berjumlah antara 5 samapi 20 orang yang belajar bersama untuk memecahkan
kesulitan-kesulitan dalam mehami materi pelajaran agar dapat mecapai hasil yang
optimal dalam studi atau ujian (paket A 1986). Dalam pedoman kegiatan
kemahasiswaan dan alumni (2003), kelompok belajar diartikan sebagai kumpulan
mahasiswa yang belajar bersama untuk memecahkan kesulitan-kesulitan dalam
memahami bahan ajar.
Kelompok belajar mahasiswa UT memiliki sifat sebagai berikut
:
1)
Tidak mengikat, artinya
mahasiswa tidak harus atau tidak wajib membentuk atau mengikuti suatu kelompok
belajar.
2)
Tidak bersifat permanen,
artinya kelompok belajar tidak perlu dikukuhkan dengan suatu surat keputusan
baik dari UT pusat maupun dari UPBJJ-UT.
3)
Bukan suatu organisasi resmi,
artinya tidak berfungsi sebagai wakil mahasiswa UT dalam menyampaikan aspirasi
yang bersifat social politik.
2.
Tipe-tipe
Kelompok Belajar
Dari hasil penelitian yang dilakukan Puslitabmas UT di
Jakarta dan beberapa daerah pada tahun 1986, ditemukan empat tipe kelompok
belajar. Keempat tipe belajar tersebut adalah sebagai berikut :
1)
Tipe A, yaitu kelompok belajar
mahasiswa UT murni.
2)
Tipe B, yaitu kelompok belajar
mahasiswa UT yang memungut iuran tetap dari peserta.
3)
Tipe C, yaitu kelompok belajar
mahasiswa UT yang umumnya diinisiasikan oleh para tutor.
4)
Tipe D, yaitu bimbingan belajar
swasta yang diselenggarakan secara komersial.
Pengelolaan kegiatan belajar kelompok tipe A dan B dilakukan
oleh mahasiswa. Mereka memilih seorang (atau lebih) dari rekan-rekannya untuk
mengelola kegiatan belajar. Umumnya yang dipilih atau ditunjuk sebagai pengurus
adalah mahasiswa senior yang sudah bekerja dan mempunyai jabatan.
3.
Pembentukan
Kelompok Belajar
Kelompok belajar dibentuk oleh mahasiswa UT
tanpa campur tangan UT. UT hanya memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk
membentuk suatu kelompok belajar atau bergabung dengan kelompok belajar yang
sudah ada. Tujuan pembentukan kelompok belajar adalah sebagai berikut ;
·
Menciptakan sarana komunikasi
dan sosialisasi antar mahasiswa
·
Meningkatkan motivasi belajar
mahasiswa
·
Meningkatkan efektivitas dan
efisiensi proses belajar mahasiswa
·
Menumbuhkan rasa kebersamaan.
Proses
pembentukan kelompok belajar biasanya terjadi setelah mahasiswa saling
mengenal, baik secara langsung pada saat bertemu di UPBJJ, maupun pada saat
OSMB, atau melalui telepon.
Mahasiswa umumnya membentuk/mengikuti kelompok
belajar berdasarkan berikut ini :
·
Kesamaan program studi
·
Kesaman mata kuliah yang
diambil
·
Kesamaan lokasi tempat tinggal
·
Kesamaan minat.
Setelah kepengurusan kelompok belajar terbentuk,
langkah berikut yang perlu dilakukan kelompok belajar adalah sebagai berikut :
1)
Merencanakan jadwal kegiatan
kelompok belajar.
·
Jadwal pertemuan kelompok
belajar hendaknya diatur secara periodic.
·
Disamping jadwal belajar
kelompok, setiap anggota hendaknya mempunyai jadwal belajar pribadi.
2)
Menentukan materi pelajaran dan
penyaji
3)
Menentukan tempat pertemuan
4)
Menetapkan biaya belajar
5)
Mempersiapkan sumber-sumber
belajar lainnya.
- Pemanfaatan Kelompok Belajar
Dengan adanya kelompok belajar, minat dan semangat
mahasiswa bertambah. Disamping itu, informasi tentang UT menjadi lancer,
peserta dapat saling mengenal satu sama lain dan mahsiswa dapat mengukur
kemampuannya masing-masing. Selain sebagai wadah atau sarana pertemuan
mahasiswa, kelompok belajar juga merupakan, sarana komunikasi antara UPBJJ
dengan mahasiswa, serta UT Pusat dengan mahasiswa.
UT telah mengembangkan Panduan Pemanfaatan
Kelompok Belajar bagi Mahasiswa, antara lain berisi penjelasan tentang hal-hal
yang perlu dipertimbangkan oleh mahasiswa dalam mengikuti kelompok belajar,
ketentuan-ketentuan dalam kelompok dan petunjuk praktis belajar kelompok.
Kelompok belajar sering berubah menjadi kelompok
santai. Agar kelompok belajar menjadi kelompok yang efektif untuk belajar,
perlu dipertimbangkan hal-hal berikut ini :
1)
Tentukan topic-topik yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya.
2)
Bagi tugas secara merata kepada
setiap anggota untuk membuat rangkuman dari bagian-bagian tertentu.
3)
Setiap anggota ditugaskan
membuat beberapa pertanyaan dari setiap topic.
4)
Pada saat pertemuan, setiap
anggota mengemukakan hasil rangkumannya, mengajukan pertanyaan dan membahas
jawabannya bersama.
5)
Memulai dan mengakhiri
pertemuan tepat pada waktunya.
6)
Menetapkan jadwal pertemuan dan
berpegang pada jadwal tersebut.
- Pembinaan Kelompok Belajar
Pembinaan kelompok belajar dimaksudkan agar
keberadaan kelompok belajar ini dapat dipertahankan sehingga para mahasiswa
yang bergabung di dalamnya dapat memanfaatkan wadah ini untuk meningkatkan
prestasi belajarnya. Untuk itu, kelompok belajar hendaknya mendapat bantuan
dari institusi penyelenggara PTJJ.
Dalam buku petunjuk Pelaksanaan Program
Pembinaan Kemahasiswaan Universitas Terbuka (1988), tertera bahwa pembinaan
kelompok belajar di tingkat Universitas dan Fakultas adalah Pembantu Rektor
III, Pembantu Dekan III, dan bagian kemahasiswaan.
Ditingkat universitas, program-program pembinaan
kelompok belajar yang selama ini telah dikembangkan umumnya lebih kepada
upaya-upaya untuk mendukung terlaksananya program-program kemahasiswaan dari
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Depdiknas seperti Program
Kreatifitas Mahasiswa (PKM), Lomba Karya Tulis (LKT), dan program lain yang
bersifat penalaran. Menurut Wardani (2003) untuk mendukung program-program
tersebut, perlu dilakukan pembinaan sebagai berikut :
1)
Menghimbau mahasiswa untuk
mengikuti berbagai kegiatan penalaran.
2)
Mengirim fotokopi panduan
kegiatan dan rincian langkah-langkah yang harus dilakukan oleh UPBJJ-UT dalam
membimbing mahasiswa melakukan kegiatan penalaran tersebut.
3)
Memberikan bimbingan langsung
kepada mahasiswadengan membentuk suatu tim yang terdiri dari tenaga akademik
dari Fakultas, Lembaga Penelitian, dan Lembaga Pengabdian pada Masyarakat.
4)
Memberikan bimbingan kepada mahasiswa
pada saat penelaahan proposal, baik secara tatap muka maupun secara jarak jauh
sampai proposalsiap dikirim ke Dikti.
D.
Peran Forum
Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Mendukung Program Pendidikan
Tinggi Jarak Jauh.
- Forum Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri (FKP2TN)
FKP2TN berdiri pada tahun 1988 yang pada awalnya
beranggotakan 4 perpustakaan perguruan tinggi negeri, yaitu perpustakaan
universitas jember, perpustakaan universitas brawijaya, perpustakaan
universitas 11 maret dan perpustakaan universitas Djendral sudirman purwokerto.
Atas rekomendasi konsultan IDP (The
Internasional Depelopmen Program) Australia bidang perpustakaan sepakat untuk
membentuk forum kerjasama yang bertujuan saling memanfaatkan fasilitas dan
layanan bersama yang dimiliki keempat anggota, baik fasilitas koleksi
sumberdaya manusia maupun sumber daya lainnnya. Pada awal tahun 1990 anggota
FKP2TN bertambah dengan semua perpustakaan PTN dibawah naungan departemen
pendidikan dan kebudayaan.
- Tujuan dibentuknya FKP2TN
Berdasarkan kenyataan bahwa tidak ada satupun
perpustakaan didunia ini yang dapat memenuhi semua kebutuhan informasi yang
diperlukan oleh penggunanya, maka forum ini dibentuk dengan tujuan sebagai
berikut :
1)
Meningkatkan pemenuhan
kebutuhan informasi pengguna perpustakaan anggota.
2)
Meningkatkan pemanfaatan
koleksi perpustakaan anggota
3)
Meningkatkan kualitas sumber
daya manusia perpustakaan anggota
4)
Meningkatkan pemasukan
pendapatan perpustakaan anggota
5)
Sebagai kelompok mitra
pendamping pemerintah.
- Fasilitas dan Layanan Perpustakaan Anggota FKP2TN
Selain
memiliki koleksi dasar seperti koleksi buku teks, koleksi buku rujukan,
jurnal/majalah ilmiah dan karya ilmiah dosen/mahasiswa yang kesemuanya dalam
bentuk cetak, banyak perpustakaan anggota juga memiliki koleksi unggulan
seperti berikut :
·
Jurnal teks lengkap online
·
Jurnal elektronik
·
Koleksi audio
·
Multimedia dan hiburan
- Peran FKP2TN dalam Mendukung Program Pendidikan Jarak Jauh
Forum kerjasama perpustakaan perguruan tinggi
seperti FKP2TN akan mempunyai peranan yang besar dalam meningkatkan kualitas
pendidikan di masing-masing perguruan tinggi yang tergabung dalam forum ini
apabila pihak-pihak yang berkepentingan seperti dosen, pengelola/pimpinan
perguruan tinggi yang bersangkutan, penulis modul, penulis naskah ujian,
pustakawan dan peserta didik juga ikut berperan secara aktif dalam upaya
mendayagunakan fasilitas dan layanan perpustakaan yang ada.
Upaya nyata yang dapat dilakukan antara lain
dengan :
a.
Mengintegrasikan proses
pembelajaran antara perpustakaan dengan program studi/jurusan dan atau
sebaliknya.
b.
Harus ada kerjasama yang erat
dan saling melengkapi antara perpustakaan dengan program studi/jurusan dalam
hal menyediakan bahan perpusakaan yang dibutuhkan mahasiswa sesuai silabus.
E. KESIMPULAN
Sejalan perkembangan
ilmu teknologi dan seni, lingkungan belajar dalam masyarakat semakin lama
semakin kompleks, yang dapat kita saksikan dan kita alami dewasa ini. Manusia
tidak lagi hanya belajar secara langsung dari manusia lain tetapi belajar
dengan berbagai cara dari berbagai produk ilmu, teknologi, dan seni. Kendala
ruang dan waktu pun sudah bias diatasi dengan ditemukannya berbagai perangkat
kersa dan lunak dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi. Salah satu
alternative belajar yang kini mulai banyak dikembangkan adalah belajar dengan
menggunakan jaringan belajar. Dan peranan perpustakaan digital juga sangat
membantu dalam pembelajaran.
F. REFERENSI
Asandhimitra.
2004. Pendidikan Tinggi Jarak Jauh.
Jakarta : Pusat Penerbit Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar